Tokoh pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI), kyai Haji Samanhudi lahir di Laweyan, solo tahun 1868. Samanhudi, nama kedilnya Sudarno hadi, terkenal sebagai tokoh penentang kebijakan colonial Belanda dalam bidang perekonomian, yang memberikan bantuan pada pedagang Cina dan menekan pedagang pribumi sehingga mendorong persaingan dagang menjadi tidak sehat.
Samanhudi, yang tidak lulus SD, belajar agama di Surabaya sambil berdagang batik. Di kota itu dia menyusun kekuatan di bidang perdaganagn dan agama denagn mendirikan Sarekat Dagang islam (SDI) pada tahun 1912. Organisasi ini segera mendapatkan sambutan luas masyarakat, sehingga pada kongres I(25-26 Januari, 1913 di Surabaya) sudah memiliki anggota sekitar 89.999 orang. Pada tahun 1916 anggota organisasi itu berkembang menajdi 360.000 dan kemudian 450.000 orang.
SI menjalankan politik praktisnya, dengan memihak kepada kepentingan rakyat. SI berjuang menaikkan tingkat upah pekerja, membela petani yang tertindas, persewaan tanah yang tinggi, dan membela rakyat yang diperlalkukan sewenang-wenang oleh tuan tanah. Menginjak usia tuanya, kehidupan Samanhudi sangat memprihatinkan. Perusahaan batiknya bangkrut. Ia tidak aktif lagi berpartai, namun perhatiannya terhadap pergerakan nasional tetap bergelora.
Pada waktu perang kemerdekaan, Samanhudi membentuk Barisan pemberontak Indonesia Cabang Solo dan mendirikan Gerakan Kesatuan Alap-alap. Pada tanggal 28 Desember 1956, Haji Samanhudi meninggal dunia di Klaten dan dimakamkan di Desa Banaran, sukoharjo, Jawa tengah.
Sikapnya yang selalu membela rakyat banyak patut menjadi teladan bagi kita semua, apalagi di tengah suasana Negara yang saat ini carut marut oleh kesewenang-wenangan para pengusaha. Atas jasa-jasanya, pemerintah menganugerahkannya gelar pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 1961 berdasarkan Surat keputusan Presiden No.590/Tahun 1961.
Buku: TOKOH & PAHLAWAN Seri Pejuang Kemerdekaan, Penerbit: PT. Lestari Kiranatama
http://ms.wikipedia.org/wiki/Haji_Samanhudi