Suryopranoto, mendapat anugerah sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional berdasarkan Surat keputusan Presiden Ri No. 310/1959. Ia merupakan salah satu tokoh pergerajkan nasional yang terkenal karena perlawanannya terhadap colonial Belanda dengan mengorganisasikan aksi mogok buruh.
Suryopranoto yang lahir pada tahun 1871 di Yogyakarta adalah cucu pakualam III. Ia kerap dijuluki Raja Pemogokan atau De Stakingskoning oleh Belanda.
Ia pernah menempeleng atasannya sseorang Belanda, ketika bekerja sebagai pegawai di kantor kontrolir di Tuban. Ia pernah mnjadi pegawai Dinas Pertanian di Wonosobo. Hal itu wajar saja, karena ia lulus Sekolah Pertanian Bogor.
Ia pernah menempeleng atasannya sseorang Belanda, ketika bekerja sebagai pegawai di kantor kontrolir di Tuban. Ia pernah mnjadi pegawai Dinas Pertanian di Wonosobo. Hal itu wajar saja, karena ia lulus Sekolah Pertanian Bogor.
Suryopranoto menjadi langganan penjara Belanda, karena kegiatannya lewat aksi mogok buruh. Tahun 1923, ia dipenjara di Malang, tahun 1926 di Semarang, dan tahun 1933 di Sukamiskin, Bandung. Pada tahun 1922 terjadi pmogokan 3.000 buruh pegadaian di Yogyakarta, yang kemudian pemogokan ini menjalar ke mana-mana.
Untuk membantu buruh yang dipecat karena aksi tersebut, Suryopranoto membentuk suatu badan. Ia berhenti sebaga kepala dinas pertanian karena protes pada pemecatan pegawai yang merupakan anggota Sarekat Islam. Sejak itu, ia tidak sudi lagi bekerja pada Belanda.
Demikian pula saat Jepang menduduki Indonesia, ia dengan gencar menentang Jepang. Keberaniannay untuk membela hak-hak buruh patut diacungi jempol dan menjadi teladan, karena seringkali hak-hak buruh sengaja dilupakan oleh penguasa pemerintah.
Pada tanggal 15 oktober 1959, Suryopranoto menutup mata di Cimahi dan dimakamkan di Kota gede, Jogjakarta.
Sumber:
Buku: TOKOH & PAHLAWAN Seri Pejuang Kemerdekaan, Penerbit: PT. Lestari Kiranatama
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Suryopranoto.jpg