Ucapannya yang terkenl ”jagalah namamu, jangan sampai disebut sebut penghianat bangsa,” Pahlawan pembela kemerdekaan berdasarkan surat keputusan presiden RI NO. 222/1962 tanggal 18 Juni 1962 ini, sebagai militer tulen.
Di samping itu, Gatot Subroto uga terkenal sangat memperhatikan perwira-perwira muda yang memiliki gagasan untuk mendirikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).
Gatot Subroto, dilahirkan di Purwokerto tahun 1909, pernah sekolah di ELS (SD Belanda), namun pindah ke HIS (SD HIndia Belanda) karena berkelahi denagn siswa anak Belanda.
Pendidikannya lebih banyak di bidang Militer di Malang. Pada masa pendudukan Jepang, ia bergabung dalam pembela Tanah air (PETA).
Pendidikannya lebih banyak di bidang Militer di Malang. Pada masa pendudukan Jepang, ia bergabung dalam pembela Tanah air (PETA).
Ia diangkat menjadi komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas. Ia juga pernah menjadi anggota militer KNIL (TEntara HIndia Belanda), pada masa perjuangan kemerdekaan memasuki TKR (tentara keamanan rakyat).
Gatot Subroto juga pernah menjabat Panglima Divisi II, Panglima Corps polisi militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya. Dia berperan besar saat penumpasan pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.
Gatot Subroto juga pernah menjabat Panglima Divisi II, Panglima Corps polisi militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya. Dia berperan besar saat penumpasan pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948.
Sikapnya keras dan sering menentang atasannyankarena gatoto Subroto lebih membela bawahannya. Jabatan jenderal gatot Subroto terahir adalah wakil kepala Staf Angkatan darat . Sebelumnya, dia menjabat Panglima Tentara dan Tetorium (T&T) IV/ Diponegoro.
Gatot Subroto meninggal 11 Juni 1962 Di Jakarta dan dimakamkan di Desa Mulyoharjo, Ungaran, Yogyakarta. Untuk mengenang jasa beliau, pemerintah mengabdikannya pada Rumah sakit Angkatan Darat Gatot Subroto dan juga nama Jalan jenderal Gatot Subroto.
Sumber:
Buku: TOKOH & PAHLAWAN Seri Pejuang Kemerdekaan, Penerbit: PT. Lestari Kiranatama